Pasar keuangan Indonesia terutama valuta asing (Valas) saat ini masih rendah/ dangkal. Begitu juga dengan pasar obligasi juga mengalami hal demikian. Hal itu bisa dilihat dengan terjadinya krisis rutin yang dialami negeri ini selama tiga tahun sekali. "Tiap tiga tahun sekali ada krisis dan kita sangat terekspos pada isu-isu keuangan. itu berdampak pada rentannyapasar keuangan seperti IHSG dan rupiah terhadap sentimen negatif," ujar Ekonom dan Asisten Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Alexander Lubis dalam pelatihan wartawan ekonomi "Mengupas Transaksi Derivatif" di Bandung, Jumat-Minggu (8-10/11).
Dangkalnya pasar valuta asing (valas) ini membuat likuidasi valas di Tanah Air seringkali mengalami pasang surut, padahal pasokan valas diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dalm mendukung roda perekonomian nasional, utamanya dalm perhitungan nilai ekspor dan impor. Dengan begitu, tidak heran bila beberapa waktu lalu, BI mengeluarkan paket kebijakan untuk memperkuat pasar keuangan agar likuiditas dan stabilitas nilai tukar rupiah dapat terjaga.
"Sistem keuangan mempengaruhi perekonomian. Sebab, sistem keuangan berfungsi mencapai alokasi modal yang efisien dalam perekonomian. Selain itu, sistem keuangan dapat memperbesar stock pada makro ekonomi dan determinasi bagi kebijakan moneter," pasarnya.
Dangkalnya pasar keuangan Indonesia, kata Alexander, bisa dilihat dari data perbandingan turn over transaksi forex di bulan April 2013, Indonesia hanya 5 miliar dolar AS, sedangkalan India yang regulasinya banyak, bisa sampai 31 miliar dolar AS dan Filipina yang PDB-nya sepertiga dari Indonesia hanya beda satu posisi dibawahnya dengan 4 miliar dolar AS. Hal itu salah satunya karena minimnya instrumen atau belum tersedianya wadah dari berbagai kepentinagn yang bisa diakomodir pendanaan dan simpanan dari masing-masing investor, sehingga optimalisasi dari keuntungan tak terjadi.
Untuk itu, pemerintah Indonesia harus bisa membuat investor secara keseluruhan melek investasi. Selain itu, semua orang harus diberi kompetisi yang sama. Kontribusi bank-bank di Indonesia sebenarnya belum cukup signifikan. Hal ini juga memicu dangkalnya ekonomi Indonesia. "Meski labanya besar, tapi sebenarnya perannya belum signifikan. Bagaimana kalau signifikan perannya, pasti labanya akan tinggi sekali. Nah, mengapa banyak bank asing yang ingin masuk ke negara kita?" paparnya.
Terkait pendalaman pasar Valas, bank sentral memperluas jangka waktu Term Deposito Valas, yang saat ini 7,14 dan 30 harimenjadi 1 hari sampai 12 bulan, merelaksasi aturan eksportir yang sudah menjual DHE (Devisa Hasil Ekspor) menjadi rupiah, menyesuaikan ketentuan transaksi forex swap bank denngan BI dan mereksasi pinjaman luar negeri, dengan menambah jenis pengecualian utang luar negeri jangka pendek bank, berupa giro rupiah atau vostro milik bukan penduduk (investor asing) yang menampung dana hasil divestasi yang berasal dari hasil penyertaan langsung saham dan atau obligasi saham dan atau obligasi korporasi Indonesia serta Surat Berharga Negara (SBN).
Selain itu, BI mengeluarkan kebijakan penerbitan Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI), dengan tujuan memberikan ruang lebih luas bagi perbankan untuk mengelola likuiditas rupiah melalui instrumen yang dapat diperdagangkan, yang gilirannya dapay mendorong pendalaman pasar uang. Sementara itu Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter BI Solihin M Juhro mengatakan, perekonomian global belum kondusif dan masih tingginya ketidakpastian di pasar keuangan sehingga perlu penyesuaian ekonomi dalam negeri.
Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan sebesar 5,5 - 5,9 persen. Sedangkan pada tahun 2014 diperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh mencapai 5,8 - 6,2 persen.

0 Response to "Pasar Forex/ Valuta Asing di Indonesia Masih Rendah"
Posting Komentar