Perkembangan Nilai Rupiah Sepanjang Bulan Maret 2014

Anda bingung tentang nilai tukar rupiah terdapat dollar yang semakin fluktuatif? Padahal Anda ingin membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari, seperti: elektronik, spare part kendaraan, dan lain sebagainya. Pada bulan Maret ini dapat dikategorikan waktu yang cocok untuk berbelanja. Kenapa begitu? Silakan Anda menyimak artikel di bawah ini.

Dollar Vs Rupiah Bulan Maret Tahun 2014
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore menguat sebesar 11 poin menjadi Rp 11.375 dibanding sebelumnya Rp 11.386 per dolar AS.  Sentimen pasar keuangan di dalam negeri kembali positif, di samping fundamental ekonomi Indonesia yang cenderung membaik dengan faktor politik ikut mendukung.

Jelang  pemilihan umum 2014 pelaku pasar cenderung mencermati situasi politik di dalam negeri.  Situasi politik yang berjalan lancar, dampaknya akan baik bagi industri keuangan.  Meski  demikian,  sentimen politik lebih bersifat jangka pendek, setelah pemilu selesai dilaksanakan diperkirakan pasar akan kembali mencermati fundamental ekonomi.

Bank Indonesia (BI) yang masih konsisten menerapkan kebijakan keuangan ketatnya juga masih dianggap sesuai untuk mendukung stabilitas ekonomi Indonesia.   Suku bunga acuan (BI rate) masih dipertahankan di level 7,5%, pasar menilai level itu masih mendukung perbaikan ekonomi domestic.

Pada sisi lain,  sentimen eksternal terutama dari Ukraina yang kembali memanas masih menahan laju mata uang rupiah untuk terus meningkat lebih tinggi.  Sebaliknya pada kurs tengah BI  mata uang domestik ini melemah menjadi Rp 11.421 dibanding sebelumnya (13/3) di posisi Rp 11.387 per dolar AS.

Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat. Sore ini, Kurs rupiah ditutup di level Rp 11.292 per USD.  Melansir Bloomberg Dollar Index, Senin (17/3), rupiah pada perdagangan non-delivery forward (NDF) menguat 63,8 poin ke Rp 11.292 per USD. Adapun pergerakan harian berada pada Rp 11.253-Rp 11.306 per USD.

Bank Indonesia (BI) mencatat penguatan tajam di kurs tengahnya.  Kurs tengah BI berada di posisi Rp 11.272 per USD, menguat dari periode sebelumnya Rp 11.421 per USD.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menilai menguatnya rupiah karena di tahun 2014 bisa dikatakan, potensi risiko yang besar di 2013 itu sudah bisa diatasi. Terutama tentang kekhawatiran transaksi berjalan yang defisit, ternyata mulai turun sampai ke 2 persen dari GDP. Sebelumnya sempat 4,4 persen dari GDP.

Sementara itu, kekhawatiran tentang defisit fiskal juga diatasi dengan pemerintah menaikkan harga BBM sehingga subsidi terhadap BBM dikurangi. Dan juga dilakukan kebijakan-kebijakan fiskal sektor lain. Di 2013 juga terlihat nilai tukar melemah atau pasar modal terkoreksi, sedangkan di tahun 2014 ditandai dengan sebaliknya. Nilai tukar menguat sampai 5 persen. Indeks pasar modal meningkat. Kepercayaan dari dunia swasta, usaha di Indonesia semakin baik.

Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan bergerak dilevel Rp 11.246-11.300  per USD menurut kurs tengah Bank Indonesia (BI).  Kurs rupiah gagal mendekati level resisten Rp 11.235 per USD.

Setelah mengalami kenaikan, kurs rupiah kembali terkoreksi setelah merespon rilis kenaikan tipis NAHB housing market index, manufacturing dan industrial production, hingga NY empire state manufacturing AS.  Pelaku pasar sedikit melakukan profit taking atas penguatan rupiah dalam beberapa hari terakhir dan memanfaatkan rilis data-data tersebut untuk masuk ke USD.

Terlebih  juga terdapat sentimen jelang rapat FOMC dalam dua hari ini yang membuat laju USD dapat bergerak naik.

Sepanjang pekan terakhir, nilai tukar rupiah terkoreksi 0,22% seiring rilis data ekonomi China dan Jepang yang di bawah estimasi pasar. Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia, dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah melemah 26 poin (0,22%) ke posisi Rp 11.421 per 14 Maret 2014 dibandingkan akhir pekan sebelumnya, 7 Maret di angka  Rp 11.395 per dolar AS.

Laju nilai tukar rupiah melemah tipis sepanjang pekan kemarin.  Berbeda dengan laju IHSG yang melesat ke zona hijau sepanjang pekan.  Di awal pekan, rupiah kembali terkoreksi setelah mengalami kenaikan sepanjang pekan sebelumnya.  Pelemahan tersebut di antaranya terimbas pelemahan Yuan dan Yen seiring  data-data makro ekonomikeduanya yang dirilis di bawah estimasi dari pelaku pasar.  Selain itu, sempat dirilis data non-farm payrolls AS yang cukup positif sehingga memberikan ruang bagi terapresiasinya dolar AS. Kurs rupiah pun sebagai mata uang soft currency terkena imbas pelemahannya.

Kurs  rupiah berbalik menguat seiring berbalik menguatnya nilai tukar yen Jepang yang diikuti penguatan mata uang emerging market lainnya seiring ekspektasi bank sentral akan menaikkan suku bunganya.  Di sisi lain, ekspektasi kenaikan suku bunga acuan emerging market juga berimbas pada penilaian pelaku pasar terhadap BI rate sehingga membuat laju nilai tukar rupiah menguat.

BI menandatangani kerja sama Bilateral Currency Swap Arrangement (BSCA) dengan Korea Selatan senilai Rp 115 triliun (10,7 triliun won korea). Ini memungkinkan penggunaan rupiah dan won dalam transaksi perdagangan internasional antar kedua negara sehingga turut menambah sentimen positif.

Setelah mengalami kenaikan, kurs  rupiah kembali terkoreksi setelah terimbas pelemahan Won dan dolar Australia karena merespons data ekonominya yang kurang baik.  Berbalik menguatnya Yen karena memanfaatkan kurang kondusifnya sentimen di Asia turut memberikan dampak pelemahan bagi laju rupiah.  Berbeda dari biasanya, pasca rilis BI rate yang dipertahankan di level 7,50% dan diiringi rilis lending facility rate di level 7,5% dan deposit facility rate sebesar 5,75%, laju rupiah kembali rebound.


Dengan tetapnya BI rate, pelaku pasar mengasumsikan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat lebih dipacu. Terutama, dari sisi penyaluran kredit di mana sebelumnya sempat terjadi perlambatan pertumbuhan.  Selain itu, adanya penilaian terjadinya peralihan dana investasi ke Indonesia mengingat belum cukup pulihnya kondisi global dan ditambah dengan masalah di Ukraina-Rusia memberikan tambahan sentimen positif bagi rupiah.  Namun, di akhir pekan, kembali melemah setelah hampir mendekati target resisten  Rp 11.360 per dolar AS.

Begitulah rangkuman penting artikel di atas. Semoga Anda dapat mencermati secara teliti dan bijak dalam mengambil keputusan.

0 Response to "Perkembangan Nilai Rupiah Sepanjang Bulan Maret 2014"

Posting Komentar